
Cakrawala Indonesia – Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan pemerintah pusat dan daerah. Hal itu untuk memastikan inflasi kembali ke sasaran pemerintah pada paruh kedua 2023, baik dari sisi permintaan maupun penawaran.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono memperkirakan ke depan tekanan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat. Sebagai dampak lanjutan dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, tekanan inflasi dari sisi permintaan.
“Apalagi masih tingginya harga energi dan pangan global. Berbagai perkembangan tersebut diprakirakan mendorong inflasi tahun 2022 melebihi batas atas sasaran 3 plus minus 1 persen,” kata Erwin kepada wartawan, Senin (3/10/2022).
“Dan karenanya diperlukan sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia. Baik dari sisi pasokan maupun sisi permintaan untuk memastikan inflasi kembali ke sasarannya pada paruh kedua 2023,” ujarnya.
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sekaligus dengan mitra strategis dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).
“Tentu melalui peningkatan efektivitas pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Guna menjaga stabilitas harga dan ketahanan panganpangan,
BPS mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,17 persen (mtm). Setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar 0,21 persen (mtm).
“Terutama bersumber dari peningkatan harga kelompok harga yang diatur. Di tengah penurunan inflasi inti dan deflasi pada kelompok makanan yang mudah menguap,” ucapnya.
“Dengan perkembangan tersebut, inflasi IHK September 2022 tercatat mencapai 5,95 persen (yoy). Atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,69 persen (yoy),” katanya.